Senin, Februari 14, 2011

Siapa Yang Terbaik Untuku?





Aku tetap menerawang jauh kedepan, melihat awan yang mendung,seolah ia tahu gambaran hatiku.Namun tiba-tiba....Aku hanya diam ketika seseorang datang dan memegang pundakku.
“ Al... kamu masih memikirkannya?”tanyanya
Aku membalikan badanku dan..
“Izza..!!! Ada apa kamu kesini..????” tanyanku.
“Aku sahabatmu Allya..!! Aku berusaha untuk membantumu...”
“Sudahlah Izza..Aku baik-baik saja..”jawabku sambil membereskan buku yang masih berserakan di meja kampus.
“Kamu tidak usah munafik Allya. Aku tahu sebenarnya kamu belum bisa ikhlas kan???” tanya Izza sambil menghentikan tanganku yang sedang membereskan buku.
Aku hanya diam. Perasaan ini masih terlalu sakit untuk mengingat nya, sesuatu yang telah aku coba untuk mengikhlaskannya.Hingga tak terasa...air mata ini jatuh.
“Maafkan aku Allya...” Kata Izza sambil memelukku.
“Tak semudah itu Izza...Apa kamu pernah merasakan bagaimana sakitnya hati ini ketika orang yang telah menghitbahmu tiba-tiba membatalkannya...?Ketika aku mulai bisa menerimanya...??
Izza memandangku.Ada gurat penyesalan diwajahnya.
“Sakit hati ini Za...”
Izza merangkulku.
“Maafkan aku Allya...!!! Bukan maksud aku untuk merebut Mas Hasan darimu....Tapi...???
Izza menangis penuh penyesalan.
“Tapi apa kamu tidak tahu...????Kalau dia....telah menghibahku??”
“Tapi Al...Mas Hasan ...”
“Apa??” tanyaku dengan nada tinggi.
“Allya...Aku sudah berusaha untuk menolaknya..Aku tahu Al... kalau Mas Hasan adalah calon suami pilihan orang tuamu tapi..dia datang kerumah dan mengatakan kalau dia dan kamu sudah tidak dalam ikatan lagi...dan dia juga memintaku untuk menjadi istrinya...?? “Izza coba menjelaskannya.
Aku tersenyum sinis...Hati ini masih sakit mengingat pemutusan yang sepihak itu.
“Orang tuaku juga tidak bisa menolak ...Al...Kamu tahu kan siapa abahnya Mas Hasan???”Izza menunduk.
Tiba-tiba Mas Hasan masuk dan mendekati kami.
“Sudahlah Allya....Ini semua untuk kebaikanmu....!”Kata Mas Hasan
Aku hanya diam.
“Bukan karena aku ingin menyakitimu atau aku ingin membuatmu malu didepan keluarga kita...Tapi...”
“Tapi apa mas..?”
“Aku sudah tahu yang sebenarnya Allya...!”
“Maksud mas..?”tanyaku.
“Sudahlah Al..aku tahu kau terpaksa kan menerima lamaranku karna kau tak enak menolak lamaran abahku kan..?Walaupun kau harus kehilangan seorang yang telah lama kau damba menjadi imammu....Khoirul kan??”
Betapa kagetnya aku.Rahasia yang berusaha kusimpan sendiri ....dan telah kucoba untuk melupakannya...kini terbentang dengan jelas didepanku....Bagaimana mungkin Mas  Hasan tahu semuanya...?
“Kenapa Allya...? Kaget...?”
“Pasti kau kan Za dalang semua ini...?” tuduhku.
“ Jangan kau salahkan Izza.... Dia tidak salah.”Bela Mas Hasan
“Sudahlah...Aku ikhlas mas kalau mas kembali lagi dengan Allya....Aku tak ingin pershahabatanku denga Allya rusak hanya gara-gara laki-laki.. Aku tak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Apa lagi dia sahabatku....Aku pamit...Assalamu’alaikum..!!” Izza mencoba mengalah.
Izza berjalan keluar kelas.
“Tunggu Za...” Panggil Mas Hasan.
Izza berhenti.
 “Mas bukan yang tebaik untuk Allya...Za...”
“Terus siapa yang terbaik untukku?”Aku menetap jauh keluar cendela yang berada disampingku.
“Khoirul Abdul Azzis...” jawab Mas Hasan.
Aku terperanjat.
“Dia sudah pergi...” aku menunduk .
“Terus siapa dia..?” Kata Mas Hasan sambil menunjuk seserang yang berdiri di depan pintu.
Ku perhatikan seseorang itu...mata ini sungguh tak percaya...orang itu...Dari caranya berdiri, berpakaian ...mirip dengan Mas Khoirul...Orang yang pernah aku damba menjadi imamku...tapi dia malah pergi meninggalkanku dalam kesendirian hati......Tapi benarkah..
Mas Hasan segera menghampirinya...dan mengajaknya kedekatku..Ku pandangi dia...dan  kepala ini langsung tertunduk malu.
“Dialah yang pantas menjadi imammu....Allya”
Aku diam , begitu juga Mas Khoirul...Suasana menjadi hening.
“ Ee....Maafkan aku Allya...kalau waktu itu...”
“Ketika aku membutuhkan Mas...Mas malah pergi  meninggalkanku dalam kepastian yang tak tentu...maafkan aku mas... jika aku masih belum bisa memaafkanmu....hatiku masih sakit mas....mengingat betapa... aku berjuang untuk menyakinkan Abah bahwa mas bisa menjadi imamku... Tapi apa mas...mas malah pergi dan meninggalkan ku dalam ketidakpastian....Sakit mas hatiku....!!!”
Aku menagis tersedu...Izza berusaha menenangkanku  dengan merangkulku.Tiba-tiba...Mas Khoirul berlutut didepanku...
“Aku memang bodoh...Aku memang laki-laki yang tak tahu diuntung..laki-laki bodoh yang telah membuat sakit hati seorang muslimah sejati sepertimu....Tapi kepergianku bukan untuk menyia-nyiakanmu....tapi...Aku mencari kehidupan yang lebih baik...Sehingga aku tak malu...ketika aku melamarmu...Kau anak seorang Kyai yang aku hormati, sedangkan aku hanya orang biasa yang tak punya apa-apa...Tapi ternyata...Itu semua usahaku membuatmu sakit....maafka aku Allya..Aku tak tahu..?”
Mas Khoirul bersimpuh didepanku. Hatiku terenyuh.Sakit hati ini mulai sirna digantikan kekaguman ,betapa besarnya keinginannya untuk mempersuntingku  sehngga ia rela berkorban demi semuanya.Rasa itu kembali hadir di hatiku....
“Bagaimana Allya...Apakah kau masih belum bisa memaafkan Khoirul....??”tanya Mas Hasan.
Aku tetap menunduk,”Aku memaafkan Mas Khoirul...Aku yang terlalu egois...Maafkan aku Mas..???”
Mas Khoirul berdiri.” Trima kasih Allya.”
“Sekarang orang yang selama ini kau damba menjadi imammu telah ada didepan mata,Apa kau akan menyia-nyiakannya?”
Aku terdiam..Apakah aku harus jujur bahwa sebenarnya aku masih menginginkannya..Atau...tiba-tiba Izza merangkulku..
“Jangan egois...kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya...!!” bisiknya lirih..
Aku menghela nafas panjang. Aku beranikan diri untuk berbicara walau aku tetapmenunduk.
“Mengapa mata ini slalu mencarinmu ...walau ku tahu kau masih haram untukku..
 Mengapa hati ini berdebar ketika namamu disebut... walau ku tahu itu semua adalah zina...
 Dan entah kenapa.. Setiap malam..Dalam sujud akhirku..
 Aku slalu berdo’a...Agar semua yang masih haram antara kita..
  Bisa menjadi halal dan ibadah kita....” aku tetap menunduk.
Suasana menjadi hening ...Aku tak tahu bagaimana ekspresi Mas Khoirul ketika mendengar isi hatiku ini. Namun tiba-tiba...
“Dan jika kehalalan itu sudah ada didepan mata... Maukah kau mengikatnya dalam ikatan suci...Pernikahan bersama ku...dan jadilah ibu dari anak-anakku kelak...?”kata Mas Khoirul
“Abah sudah Ridho kok nduk...kalu kamu dengan Khoirul...”
Suara itu....Aku terperanjat mendengarnya .Aku langsungmenoleh kebelakang dan....
“ Umi...Abah...”Panggiku sambil menghampiri mereka berdua dan kemudian mencium tangan mereka dengan ta’zhim.
“Abah dan Umi ridho jika Khoirul menjadi imammu... Insyaallah Dia adalah yang terbaik untukmu...”Kata Umi kepadaku.
“Umi...Abah???”
Air mata kebahagian ini tak bisa ku bendung lagi. Aku terharu... Ya Allah sungguh indah anugrah yang kau berikan padaku.
Aku langsungsujud syukur dengan badan yang gemetar, aku teringat kembali betapa berlikunya perjalanan cinta ku dan Mas Khoirul.  Subhanallah.. ini semua adalah takdir Allah. Sukron Katsir Ya Rabbi..
                                                                                ***
1 bulan kemudian
Abah menjabat tangan Mas Khoirul. Disaksikan Mas Hasan dan juga Kyai Jamaluddin, Abah dari Mas Hasan.Aku yang duduk disamping Umi merasa hati ini berdebar begitu kenang....
“Bismillahirrahmanirrahim.....” Abah menghela nafas.
“Ya...Khoirul Abdu Azzis Ankahtuka wajawwajtuka binti Allya Nafisa Zahro’ bi mahri al khatam min dzahab haalan”
“Qobiltunikakhaha wa tajwijaha bimahri madzkon haalan...!!” Jawab Mas Khoirul lantang.
Aku langsung memeluk Umi..” Dialah dambaan Allya dari dulu Umi...”
“ Subhanallah...Jadilah kau.... istri yang berbakti kepada suami dan... ibu teladan bagi anak-anakmu kelak ...” Umi menasihatiku.
“Terima kasih Umi..”
Aku langsung mencium tangan Mas Khoirul dengan ta’zhim...Dalam hati aku berjanji akan menjadi istri yang berbakti kepada Mas Khoirul dan...Ibu teladan bagi anakku dan Mas Khoirul.
“Khoirul...”panggil Mas Hasan.
Mas Khoirul langsung memeluk Mas Khoirul teman lamanya.
“Barakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wajama’a bainakuma fi khoir...”Do’a Mas Hasan.
Aku dan Mas Khoirul mengamininya.
Terimakasih ya Allah...Akhirnya aku bisa beribadah dengan orang yang aku damba menjadi imamku sejak dulu. Khoirul Abdul Azzis.
                                                                                                -tamat-
                                                                        (-ayn-)
                                                                                                              

1 komentar:

aynirsyadarea mengatakan...

keren banget...... terus buat sesuatu yang bisa membangun imajinasimu.... semangat....

Posting Komentar

Dairy's ayn irsyad © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute